Samarinda – Sejumlah orang tua siswa melakukan unjuk rasa di depan kantor DPRD Samarinda, pada Selasa (07/07/2020) siang. Mereka memprotes terkait Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) yang menyebabkan anak mereka tidak dapat diterima di sekolah sesuai dengan sistem zonasi.
Sejumlah orang tua yang melakukan aksi didominasi ibu-ibu yang berasal dari Kelurahan Bukuan, Kecamatan Palaran Samarinda.
Salah satu orang tua siswa Yulius (40) mengatakan, aksi protes ini dilakukan oleh wali murid lantaran sistem zonasi yang dinilai tidak berjalan dengan baik. Pasalnya, di SMP 20 yang terletak di Kelurahan Bakuan mengurangi jumlah kelas menjadi 6 kelas.
“Kita kesini untuk menyampaikan keluhan kami atas tidak menerima siswa baru lagi di Bukuan sana karena sistem zonasi ini,” ungkapnya.
Yulius serta orang tua lainnya berharap dengan bertemunya anggota DPRD serta Dinas Pendidikan Kota Samarinda akan menemukan jalan keluar dari permasalahan ini.
Sementara itu, pihak Dinas Pendidikan Kota Samarinda, melalui Kepala Bidang SMP Barlin H Kesuma mengatakan, akan memberikan waktu untuk pengumpulan data selama satu minggu serta mencarikan solusi apakah diarahkan di sekolah reguler atau TKB.
“Kita akan mencarikan solusi sesuai dengan data yang ada dan itu kita lihat nama anak dan lokasi. Sehingga kita bisa berikan solusi sesuai dengan zona mereka,” ujarnya.
Selanjutnya Wakil Ketua DPRD Kota Samarinda, Rusdi yang telah bertemu dengan para orang tua menjelaskan adanya kelebihan pendaftar, sedangkan dari pihak sekolah tidak dapat menambah kuota siswa baru.
“Jadi jumlah siswa yang diterima itu enam kelas karena acuannya adalah berapa yang tamat. Pada saat pendaftaran terjadi kelebihan, dan dari pihak sekolah juga tidak dapat menambah kelas secara aturan. Dengan adanya kedatangan dari orang tua dan juga kami meminta kepasa Dinas Pendidikan mencarikan solusi,” jelasnya.
Rusdi berharap setelah diadakannya pertemuan antara orang tua dengan Dinas Pendidikan, anak-anak mereka dapat bersekolah dan melanjutkan pendidikan.
“Harapan kami tentunya anak-anak ini dapat diterima disekolah, artinya paing tidak dicarikan solusinya apakah itu di sekolah yang terdekat atau di sekolah yang mana. Harapan kita yang penting anak kita bisa sekolah,” harapnya. (mer)