Belajar Tanpa Listrik, Kerja Tanpa Internet – Potret Lamin Pulut di Era Digital

Kutai Kartanegara, Kaltimnow.id – Hingga kini, warga Desa Lamin Pulut di Kecamatan Kenohan, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), Kalimantan Timur, belum menikmati aliran listrik dari PLN. Kondisi ini membuat warga merasa tertinggal jauh dalam pembangunan dasar yang seharusnya mereka nikmati sejak lama.

Kepala Desa Lamin Pulut, Antonius Wang Ngau, mengungkapkan bahwa ketidaktersediaan listrik telah menjadi keluhan utama masyarakat karena berdampak luas terhadap kehidupan sehari-hari.

“Sudah lebih dari satu abad desa kami berdiri, tapi belum pernah merasakan listrik PLN. Ini menjadi kebutuhan mendesak bagi warga,” ujarnya, Kamis (05/06/2025).

Menurut Antonius, berbagai upaya telah dilakukan pemerintah desa untuk menyuarakan aspirasi masyarakat kepada pemerintah daerah hingga pusat. Namun, hasilnya belum terlihat nyata.

Ketiadaan listrik, kata dia, tidak hanya menyulitkan aktivitas rumah tangga, tetapi juga menghambat proses belajar mengajar serta pelayanan publik di desa. Koneksi internet pun sulit diakses karena tidak adanya sumber daya listrik yang stabil.

“Sekolah dan kantor desa kesulitan menjalankan aktivitas. Tidak ada sinyal, tidak ada koneksi digital. Padahal sekarang semua serba online,” tambahnya.

Tak hanya listrik dan internet, infrastruktur jalan di Lamin Pulut juga memprihatinkan. Dari total sekitar 8 kilometer jalan utama desa, baru 700 meter yang dibeton melalui program semenisasi. Sisanya masih berupa jalan tanah yang mudah rusak, terutama saat musim hujan.

“Kalau hujan dan banjir, jalan bisa putus total. Distribusi logistik terganggu. Warga kami kebanyakan petani sawit, ini jelas menyulitkan,” jelas Antonius.

Sebagai solusi jangka panjang, ia mengusulkan agar akses jalan ke wilayah Kutai Barat (Kubar) bisa dibuka. Selain lebih dekat secara geografis, jalur tersebut dinilai strategis untuk memasarkan hasil pertanian dan mempercepat mobilitas warga.

Antonius berharap pemerintah dapat lebih memperhatikan desa-desa di wilayah hulu yang masih tertinggal dari segi infrastruktur dasar.

“Kami tidak menuntut berlebihan. Kami hanya ingin merasakan kemerdekaan yang sama — ada listrik, jalan yang layak, dan internet untuk belajar dan bekerja,” tutupnya. (adv/diskominfokukar/rob)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *