Kutai Kartanegara – Sulis Setyowati (40) warga Loh Sumber, Loa Kulu, Kutai Kartanegara, yang sebelumnya sempat berwirausaha kain batik dengan pewarnaan alami, kini mulai jalan ditempat, karena pandemi COVID-19.
“Sekarang ini jalan ditempat alias nggak mulur dan modalnya modal madul,” ujar Sulis Setyowati Kamis (26/11/2020).
Dia mengatakan bahwa kegiatan membatiknya baru merintis dan hanya sebagai hobi, walaupun demikian ia sempat menjual kain batiknya.
“Kalau dikatakan usaha sih sebenarnya belum pantas mas, sebab kami masih merintis, dan kegiatan ini lebih saya lakukan untuk hobi dan menyenangkan hati, sempat sih terjual dari harga Rp500-700 ribu,” jelasnya.
Seiring dengan berjalanya waktu, dan kegiatan membatik yang masih belum bisa berjalan, Sulis Setyowati pun mencoba peruntungan baru dengan membudidayakan tanaman hias di rumahnya.
Awalnya ia mengakui sebagai hobi mengisi waktu selama pandemi, namun kini ia ingin lebih serius menggelutinya dengan mengembangkannya dalam bentuk nursery atau kebun bibit. Ia juga ingin mengangkat jenis-jenis tanaman lokal Kalimantan.
“Awalnya sebagai hobi dan mengisi waktu di masa pandemi, namun seiring dengan munculnya gagasan baru, ingin mengembangkan dalam bentuk nursery. Ide awal ingin ngangkat tanaman hutan lokal, seperti Alokasia Princep, Amydriun, Schismatoglottis, Raphidopora SP. Sandleyana SP, Begonia, Amydrium, Calathea dan lainnya,” katanya.
Dengan belajar secara otodidak, Sulis Setyowati sudah memulai usaha tanaman hias ini sejak 2019. Untuk harga jual sendiri ia masih belum menentukan harga yang tepat, namun masih mengikuti harga pasar untuk tiap jenis tanamanya.
“Ini sudah saya mulai sejak 2019 mas. Belajar otodidak sebelumnya, kalau di tanya harga saya masih belum bisa nentukan dan saya hanya ngikut harga pasaran ya sekitar Rp25 ribu sampai jutaan,” jelasnya.
Dalam memasarkan usahanya ini, Sulis Setyowati mengaku masih sekedar lewat sosial media pribadi dan di sekitaran wilayah Tengarong kepada kios-kios bunga, reseler, kolektor atau pun teman dekat.
“Yang kami lakukan sementara, di samping memposting di IG dan FB, juga menawarkan ke kios – kios bunga yang ada di wilayah Tenggarong. Tergantung juga si pembeli. Karena kami memposisikan diri sebagai petani atau pembudidaya,” pungkasnya.
Lanjutnya, dalam setiap menjalankan usaha mengaku terkendala dengan modal usaha. Walaupun demikian, ia masih berharap ingin melanjutkan usaha batiknya.
“Kami tetap akan lanjutkan membatik, karena bahan dan peralatanya sudah tersedia, tinggal menunggu kainnya yang harus dipesan dari daerah Jawa,” katanya. (yue)