Kisah Pengrajin Manik Sejak Tahun 1993, Kini Bertahan di Tengah Pandemi COVID-19

Kutai Kartanegara – Sejak tahun 1993, Sri Mulyani menjadi pengrajin manik-manik di Kota Tenggarong, Kutai Kartanegara (Kukar), dan kini ia harus bertahan di tengah pandemi COVID-19.

Sebelum adanya virus corona, Sri sempat memiliki tiga kios manik-manik di Museum Mulawarman. Namun, akibat pandemi ia terpaksa harus menutup dua kiosnya untuk mengurangi pengeluaran.

“Tapi sekarang hanya satu kios karena pandemi, sampai sekarang saya menjual grosiran, ada juga teman-teman yang ambil sama saya,” katanya, Minggu (22/11/2020).

Wanita berumur 49 tahun ini pada tahun 1993 sampai 1997 dapat memperkejakan sekitar satu RT dan beberapa RT lain, namun pada tahun 1998 mengalami krisis ekonomi (krismon) sehingga ia harus kehilangan para pekerjanya.

“Ada juga orang luar dari RT, dan kena krisis ekonomi jadi tidak fokus lagi waktu itu,” ujarnya.

Kemudian, usai krismon berakhir Sri pun mulai bangkit kembali dengan usaha manik-maniknya, dibantu dengan keluarga.

“Saya mampu bertahan dengan mengerjakan sendiri, dibantu dengan anak-anak serta keluarga dirumah,” ujarnya.

Wanita perantauan dari Pulau Jawa ini menerangkan dalam penjualannya sudah sampai ke luar daerah.

“Pernah jual di kebun sayur nyetorin pedagang, terus juga ngirim ke Bontang,” terangnya.

Dengan tekatnya dan dukungan dari keluarga, Sri mulai bangkit kembali. Kini ia sedang mengerjakan pesanan masker dan taplak meja.

“Lagi ada pesanan 1.500 masker, dan taplak meja. Kebanyakan saya kerjakan sendiri dengan karyawan,” ungkapnya.

Bagi para warga Tenggarong yang ingin datang untuk membeli manik-manik hasil buatan tangan Sri bisa langsung datang ke Jalan Putri Kencana No 17 RT 28, Kelurahan Timbau, Kecamatan Tenggarong. (ant).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *