Samarinda, Kaltimnow.id – Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur (Pemprov Kaltim) semakin mempertegas komitmennya dalam memerangi ancaman sampah plastik di wilayah pesisir dan laut. Isu lingkungan kini ditempatkan sebagai prioritas utama dalam program unggulan daerah, JOSPOL, yang terintegrasi dengan pengembangan teknologi dan inovasi di seluruh sektor kelautan, perikanan, dan pelayanan publik.
Melalui Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP), berbagai aksi bersih pantai dan laut terus digencarkan. Upaya ini bukan sekadar menjaga estetika pesisir, melainkan menjadi fondasi penting dalam memperkuat Ekonomi Biru—sebuah pendekatan pembangunan berkelanjutan yang menempatkan kesehatan ekosistem sebagai sumber ketahanan ekonomi masyarakat pesisir dan nelayan.
Kepala DKP Kaltim, Irhan Hukmaidy, menegaskan bahwa laut adalah ruang hidup bagi ikan dan sumber daya hayati lainnya yang menjadi tumpuan kesejahteraan ribuan keluarga pesisir.
“Pembersihan sampah plastik di laut adalah pilar penting dari Ekonomi Biru yang dicanangkan Kementerian Kelautan dan Perikanan. Program ini kami tempatkan sebagai instrumen operasionalisasi JOSPOL untuk sektor kelautan. DKP Kaltim tidak mungkin bekerja sendiri; kolaborasi semua pihak—yang menjadi esensi Jaring Sosial dalam JOSPOL—adalah kunci keberhasilan,” ujarnya di Samarinda.
Irhan menjelaskan bahwa penanganan sampah plastik merupakan satu dari lima pilar utama Ekonomi Biru yang sejalan dengan arah kebijakan JOSPOL. Empat pilar lainnya mencakup:
peningkatan kawasan konservasi perairan,
kebijakan penangkapan ikan berbasis kuota,
penguatan kampung-kampung budi daya,
pengawasan sumber daya laut untuk memberantas illegal fishing.
“Semua pilar ini dirancang secara terintegrasi di bawah JOSPOL agar keberlanjutan sumber daya laut tetap terjaga. Prinsipnya jelas: memanfaatkan laut harus seimbang dengan melindunginya. Jika laut bersih, stok ikan meningkat, dan ekonomi nelayan pun stabil,” tegasnya.
Irhan juga mengapresiasi perubahan perilaku nelayan Kaltim, yang kini jauh lebih peduli terhadap kebersihan laut. Kesadaran ini tumbuh karena mereka sudah merasakan langsung dampak sampah plastik terhadap alat tangkap dan habitat ikan.
“Nelayan sekarang banyak yang berani menegur bahkan marah jika ada yang membuang sampah ke laut. Mereka tahu kerusakannya akan kembali ke mereka. Kesadaran kolektif inilah kekuatan sosial kita di pesisir,” ujarnya.
Sebagai bentuk aksi nyata, DKP Kaltim baru saja menggelar Gerakan Bersih Pantai di Pantai Biru, Desa Kersik, Kecamatan Marang Kayu, Kutai Kartanegara. Kegiatan ini melibatkan ratusan nelayan, masyarakat pesisir, dan relawan lingkungan, menjadi bukti konkret bagaimana JOSPOL diterjemahkan ke tingkat lapangan.
Irhan berharap, gerakan tersebut tidak berhenti sebagai seremoni tahunan.
“Yang kita dorong adalah terbentuknya budaya baru di masyarakat: bahwa laut yang bersih dan lestari adalah syarat mutlak bagi masa depan ekonomi pesisir yang kuat, berkelanjutan, dan sesuai visi Pemprov Kaltim untuk membangun masyarakat makmur dan berbudaya,” pungkasnya. (ADV Kominfo Kaltim/Tia)






