Samarinda, Kaltimnow.id – Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur (Pemprov Kaltim) terus memperkuat ketahanan pangan daerah melalui terobosan diversifikasi pangan berbasis komoditas lokal. Salah satunya dilakukan dengan mendorong integrasi pisang ke dalam menu Program Gratis Makanan Bergizi (MBG) yang menjadi bagian dari Program Prioritas Gratispol.
Dinas Pangan, Tanaman Pangan dan Hortikultura (DPTPH) Kaltim menegaskan bahwa pisang lokal kini ditetapkan sebagai komoditas strategis yang harus mendapatkan porsi lebih besar dalam program makanan bergizi, sejalan dengan arahan nasional terkait MBG dan kampanye pangan lokal.
Kabid Hortikultura DPTPH Kaltim, Kosasih, menjelaskan bahwa penguatan pangan lokal bukan sekadar pelengkap, tetapi bagian dari langkah strategis untuk mengurangi ketergantungan konsumsi beras melalui inovasi One Day No Rice.
“Implementasi pangan lokal harus menjadi bagian integral dari MBG. Dengan demikian, Gratispol tidak hanya meningkatkan serapan pisang lokal, tetapi juga secara bertahap mengubah pola konsumsi masyarakat yang masih terlalu bergantung pada nasi,” ujar Kosasih.
Diversifikasi pangan menjadi kebutuhan mendesak mengingat peningkatan penduduk Kaltim yang melonjak tajam. Berdasarkan proyeksi BPS pertengahan 2024, jumlah penduduk Kaltim telah mencapai 4.045.860 jiwa. Kenaikan terbesar terjadi di Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), yang bertambah lebih dari 70.000 jiwa akibat pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN).
Saat ini konsumsi beras per kapita di Kaltim diperkirakan mencapai 120 kilogram per tahun. Pemerintah menargetkan penurunan menjadi 100 kilogram per kapita untuk menekan total kebutuhan beras daerah.
“Dengan penduduk lebih dari 4 juta jiwa, penurunan 20 kilogram per kapita akan sangat signifikan bagi ketahanan pangan kita. Ini tugas kolektif di bawah payung besar Gratispol,” jelas Kosasih.
DPTPH ingin menu Gratis Makanan Bergizi mengadopsi pisang sebagai salah satu sumber karbohidrat. Konsepnya sederhana: satu hari dalam seminggu, menu MBG mengganti nasi dengan pisang lokal, terutama jenis kepok yang dinilai lebih sehat.
Kosasih juga menepis anggapan bahwa pisang adalah pangan “kuno”.
“Makanan tradisional itu justru jauh lebih sehat. Kandungan glukosanya lebih rendah dibanding nasi putih. Bahkan ada rekan saya yang berhasil mengontrol diabetes dengan rutin makan pisang rebus kepok,” tambahnya.
Sebagai langkah awal, DPTPH Kaltim menyiapkan uji coba One Day No Rice di tiga lokasi yang akan menjadi model penerapan. Langkah ini diharapkan membuka rantai nilai baru bagi petani, memperluas pasar komoditas lokal, sekaligus mendukung visi ketahanan pangan dan kesehatan masyarakat melalui Gratispol.
Program ini menjadi simbol komitmen Pemprov Kaltim untuk menghadirkan pangan sehat, terjangkau, dan berkelanjutan, sejalan dengan kebijakan sosial-ekonomi daerah serta dinamika pembangunan IKN. (ADV Kominfo Kaltim/Tia)






