EBIFF 2025 Dorong Ekonomi Kreatif Lewat Jejaring Lintas Budaya

Samarinda, Kaltimnow.id – Kota Samarinda bersiap menjadi pusat perhatian dunia. Gelaran East Borneo Folklore Festival (EBIFF) 2025 yang akan berlangsung pada 24–29 Juli mendatang bukan sekadar pesta budaya, tetapi ruang perjumpaan lintas identitas yang menegaskan satu pesan: seni tak mengenal batas.

Persiapan menuju festival ini telah mencapai 87 persen. Dinas Pariwisata Kalimantan Timur memastikan semua elemen berjalan sesuai rencana. Dari panggung pertunjukan, akomodasi, hingga sistem promosi, EBIFF 2025 dirancang sebagai ajang inklusif yang memanusiakan semua pelaku seni.

“Tahun ini kami tegaskan, tak ada lagi sekat antara peserta lokal, nasional, maupun internasional. Semua kami perlakukan sama,” kata Awang Khalik, Kepala Bidang Pengembangan Ekonomi Kreatif Dispar Kaltim, di Samarinda, pada Kamis (10/07/2025).

Menurut Awang, EBIFF bukan hanya soal atraksi budaya, tapi juga forum dialog antarbangsa. Seniman dari berbagai negara akan berbagi panggung dengan pelaku seni nusantara dan komunitas lokal, dalam suasana kolaboratif yang saling menguatkan.

“Kami ingin seniman datang ke sini bukan hanya untuk tampil, tapi juga untuk bertemu, mendengar, dan berbagi. Ini soal membangun hubungan, bukan hanya pertunjukan,” ujarnya.

Ragam seni tradisi Kalimantan Timur seperti tingkilan, madihin, dan tarsul akan tampil berdampingan dengan pertunjukan kontemporer dari negara sahabat. Format ini dirancang sebagai strategi jangka panjang untuk mendorong ekonomi kreatif yang berbasis budaya, berkelanjutan, dan terbuka.

Dispar Kaltim juga gencar melakukan promosi melalui media lokal dan nasional, termasuk TVRI, RRI, hingga platform digital. Tujuannya, agar masyarakat merasa festival ini milik bersama.

“EBIFF harus tumbuh dari rasa kepemilikan publik. Kami ingin warga Kaltim tak sekadar menonton, tapi ikut menjadi bagian dari festival ini,” ujar Awang.

Lebih dari sekadar panggung hiburan, EBIFF 2025 diharapkan menjadi titik temu baru bagi seni dan kemanusiaan. Menjadikan Samarinda sebagai kota yang tak hanya kaya budaya, tetapi juga terbuka terhadap dunia.

“EBIFF adalah ruang untuk menyulam kebersamaan, menyambut perbedaan, dan merayakan keberagaman,” tutupnya. (adv/disparkaltim/mul)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *