Samarinda, Kaltimnow.id – Program unggulan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim), Gratispol Pendidikan, terus menjadi angin segar bagi masyarakat yang ingin melanjutkan pendidikan tinggi. Program yang menanggung penuh Uang Kuliah Tunggal (UKT) untuk jenjang S1, S2, hingga S3 ini telah membuka pintu baru bagi ribuan putra-putri Benua Etam untuk menggapai pendidikan tertinggi tanpa beban biaya.
Salah satunya dirasakan oleh Muhammad Ainul Rizal, mahasiswa semester pertama Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) S2 Universitas Islam Negeri Sultan Aji Muhammad Idris (UINSI) Samarinda. Ia mengaku keputusannya melanjutkan studi tahun ini sepenuhnya dipicu oleh hadirnya Gratispol.
Ainul menuturkan bahwa sejak masa kampanye, ia mengikuti dengan saksama visi-misi Gubernur H. Rudy Mas’ud dan Wakil Gubernur H. Seno Aji. Ia mendengar langsung bagaimana Gratispol dan Jospol menjadi dua program prioritas yang dijanjikan akan diwujudkan jika keduanya terpilih.
“Saya dengar dari visi-misinya waktu mereka masih jadi calon. Mereka sangat menggaungkan Gratispol dan Jospol. Begitu beliau menang, saya langsung update mencari informasi kapan Gratispol dimulai,” kenang Ainul.
Beberapa bulan setelah Gubernur Rudy resmi dilantik, proses rekrutmen Gratispol pun dibuka. Informasi itu diterima Ainul melalui pihak kampus.
“Pihak kampus memang sudah menyampaikan sejak awal bahwa S2 UINSI terafiliasi dengan Gratispol. Kampus yang mengarahkan soal berkas, tenggat waktu, dan proses selanjutnya,” jelasnya.
Meski optimis, Ainul sempat diselimuti keraguan. Bukan tanpa alasan—KTP miliknya baru diterbitkan tahun 2025, karena ia pindah domisili dari Berau ke Samarinda pada 2024 dan melakukan perubahan status setelah menikah.
“Saya ragu sekali awalnya. Takut tidak lolos karena KTP saya baru, tertulis 2025,” ujarnya.
Ia yakin jika panitia hanya melihat tanggal terbit KTP, maka dirinya akan gagal memenuhi syarat domisili tiga tahun berturut-turut. Namun hasil berkata lain: Ainul lolos seleksi Gratispol tahap 2.
Menurutnya, sistem verifikasi NIK yang digunakan penyelenggara sangat transparan dan akurat.
“Saya mengapresiasi tracking yang dilakukan. Ternyata tidak melihat tanggal KTP, tapi data kependudukan awal. Data saya tercatat sudah tinggal di Kaltim sejak 2018,” puji Ainul.
Ainul mengungkapkan bahwa keinginan melanjutkan kuliah S2 memang sudah ada, tetapi ia tidak berencana melakukannya tahun ini. Pertimbangan biaya dan jurusan menjadi alasan utama.
“Gara-gara Gratispol ini, saya coba-coba berhadiah. Daftar, ternyata lulus. Jadi ya sudah, kita kuliah. Kalau dibilang memutuskan kuliah tahun ini karena Gratispol—iya, memang karena Gratispol,” katanya sambil tersenyum.
Ainul juga memuji sistem penyaluran bantuan Gratispol yang menurutnya sangat memudahkan mahasiswa. UKT dibayarkan langsung oleh Pemprov ke kampus, sehingga mahasiswa tidak perlu mengurus transfer dana atau pencairan bantuan.
“Kita tinggal kuliah saja. Tidak memikirkan UKT lagi,” imbuhnya.
Dengan UKT S2 sekitar Rp5 juta per semester, ia kini hanya menanggung biaya pendaftaran dan kebutuhan pendukung seperti perlengkapan dan praktikum.
Bagi Ainul, Gratispol bukan hanya program pendidikan, tetapi pendorong transformasi kehidupan, seperti yang digambarkan Gubernur Rudy Mas’ud. Dari sekadar visi kampanye, kini ia menjadi “kupu-kupu” yang siap terbang menuju masa depan yang lebih cerah. (adv/kmf/tia)








