Thailand, Kaltimnow.id – Sedikitnya 162 orang dilaporkan meninggal dunia akibat banjir besar yang melanda Thailand pada Minggu (30/11/2025). Bencana yang meluluhlantakkan wilayah selatan Thailand sejak 19 November itu disebut sebagai banjir terparah dalam 10 tahun terakhir.
Departemen Irigasi Kerajaan melaporkan curah hujan ekstrem mencapai 630 milimeter dalam tiga hari (19–21 November) di Provinsi Songkhla. Angka ini memecahkan rekor sebelumnya, yakni 428 milimeter saat banjir besar Hat Yai pada 2010.
Perdana Menteri Thailand, Anutin Charnvirakul, mengakui pemerintah belum optimal dalam menangani bencana ini. Ia menyampaikan permohonan maaf usai meninjau sejumlah lokasi terdampak dan menegaskan bahwa pemerintah kini fokus pada percepatan penyaluran bantuan serta pemulihan.
Pemerintah Thailand memberikan santunan hingga 2 juta baht sekitar Rp1 miliar kepada keluarga korban meninggal, dan mempercepat proses pembersihan wilayah yang rusak.
Krisis ini juga memicu perubahan jajaran pejabat di tingkat lokal. Anutin mencopot Kepala Distrik Hat Yai, Eak Young-Apai Na Songkhla, serta memindahtugaskan kepala kepolisian setempat. Eak dituduh tidak dapat dihubungi saat banjir terjadi sehingga menghambat respons darurat.
Departemen Administrasi Provinsi (DPA) menyebut Eak terakhir terlihat pada Sabtu (22/11/2025), dan setelah itu tidak bisa dihubungi. Namun, Eak membantah keras tuduhan tersebut.
Melalui unggahan Facebook pada Kamis (27/11/2025), ia menulis, “Hanya ada satu kebenaran. Saya tetap berada di wilayah setiap hari. Masalahnya adalah air banjir setinggi lebih dari tiga meter, dan tidak ada listrik, tidak ada sinyal ponsel, dan tidak ada internet. Saya tidak bisa menelepon dan tidak bisa keluar. Tapi saya tidak pernah meninggalkan masyarakat. Saya membantu mereka semampu saya.” (Ant)











