Samarinda – Dewan Kerajinan Daerah (Dekranasda) Samarinda menyelenggarakan webinar bertemakan “Pesona Batik Kalimantan Timur” dalam rangka merayakan Hari Batik Nasional, yang menjadi sebuah langkah bagi para pengrajin batik tulis di Samarinda, pada 05 Oktober 2020 kemarin.
Ketua Dekranasda Puji Setyowati sangat bangga dan antusias melihat para pengrajin batik tulis Samarinda yang berkumpul di Aula Rumah Jabatan Wali Kota Samarinda.
“Saya bahagia dan terharu sekali hari ini, bisa berkumpul dan berdiskusi semeja langsung dengan para penggiat batik tulis di Samarinda,” katanya, Selasa (20/10/2020) siang.
Di tempat yang sama turut serta dihadiri oleh disainer dan pegiat batik tulis kontemporer Fanti W Nurvita selaku owner Hesandra Indonesia, Silvi pemilik Atiiqna Batik Samarinda, Lilis Suryani pembatik senior pemilik brand Lilis Batik, kemudian Nur Batik dan juga Desy Soleha pemiliki merk Putri Syafril Batik.
“Nah ini yang paling muda Kampung Batik Tani Aman, yang baru launching 01 Oktober lalu, Alhamdullillah sudah ada sekitar sepuluhan pembatik disana,” ujarnya.
Dalam acara tersebut, diserahkan bantuan alat membatik sebanyak 30 set, berupa alat canting, rinjing dan kompor serba listrik dari Pemerintah Kota Samarinda melalui Dinas Perindustrian untuk para pengrajin batik dan Dekranasda. Hal ini sebagai wujud perhatian bagi perkembangan batik tulis di Samarinda.
Di tempat yang sama, Ketua Harian Dekranasda Samarinda, M Faisal menyampaikan, rintisan batik tulis di Samarinda sendiri sudah ada sejak tahun 1980an dan bahkan mungkin ini adalah generasi pertama di Kaltim.
“Rasanya dahulu kita mengenal Mitaka sebagai perintis awal batik tulis di Samarinda, salam hormat dan apresiasi tinggi buat Tante Shetin dan Tante Sherly panjang umur dan sehat selalu buat beliau berdua. Beliau inilah yang mengenalkan batik tulis Kaltim ke publik nusantara, menyusul waktu itu ada toko Fitriah Alaydrus selanjutnya barulah kita kenal Hesandra Indonesia dan Omahkoe Batik,” ungkapnya.
Faisal mengatakan, perkembangan batik sendiri sempat redup beberapa tahun silam dan bahkan cenderung dilewati oleh kota-kota lain di Kaltim sendiri. Namun pada saat pandemi COVID-19 saat ini semua masyarakat harus melakukan sebagian besar aktifitasnya di rumah saja, batik tulis terlihat digemari dan bangkit kembali. (tor)