Tambak Muara Badak Jaga Ekosistem Lingkungan, Dengan Tidak Gunakan Bahan Kimia

Kukar, kaltimnow.id – Menjaga ekosistem lingkungan, para petambak di Desa Tanjung Limau, Kecamatan Muara Badak kompak meninggalkan pola intensifikasi dan mengelola tambak secara ramah lingkungan.

Pasalnya dalam menerapkan pola intensifikasi para tambak menggunakan pakan non organik, sehingga para penambak mendapatkan hasil produksi yang cukup signifikan hingga berlipat-lipat ganda. Namun, disisi lain pola tersebut berdampak buruk bagi lingkungan.

“Akibat penggunaan bahan kimia, membuat lahan tidak bisa dikelola lagi. Dan kami memutuskan untuk kembali ke tambak ramah lingkungan,” kata Ketua Kelompok Nelayan Salo Sumba Sejahtera, Subhan, Senin (23/11/2020).

Kemudian, Subhan menjelaskan jika pola intensifikasi terus digunakan maka bahan kimia tersebut akan menumpuk di dasar tambak dan menjadi racun serta tambak akan rusak dalam waktu dua tahun ke depan.

“Kalau menggunakan pola ini pakannya banyak, dan dimakan oleh udang atau ikan. Tetapi kalau sisanya tidak dimakan, dia akan turun ke dasar dan berubah menjadi racun,” jelasnya.

Jika hal tersebut dibiarkan dan air tambak yang tercampur dengan racun dilepaskan ke sungai maka ikan, udang, kepiting dan hewan lainnya bisa mati.

“Kami pun sadar dan menggunkan pola ramah lingkungan, karena kita juga harus menjaga alam Kukar yang masih sangat baik,” ungkapnya.

Dengan tidak menggunakan pola tersebut, para petambak telah menyiapkan pakan khusus dan tentunya dengan pola ramah lingkungan.

“Alam disini potensinya masih banyak dan untuk ketersediaan makanan ikan atau udang yang kami budidyakan masih terbilang cukup,” ujarnya.

Di tempat terpisah, Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Kebupaten Kukar, Dadang Supriatman menambahkan potensi ikan di Kukar dalam sekali produksi mencapai 189 ribu ton, dan sekitar 40 ribu ton lebih adalah udang windu.

“Bisa dilihat Kukar sendiri memiliki panjang garis pantai 333 kilometer, dan kebanyakan hamparan tambak. Kita juga untuk udang windu telah ekspor ke Jepang, Malaysia, Singapura, dan Uni Eropa dalam bentuk mentah dan setengah jadi,” pungkasnya. (ant)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *