Samarinda, Kaltimnow.id – Di tengah meroketnya biaya pendidikan tinggi, Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur (Pemprov Kaltim) menghadirkan angin perubahan melalui program “Gratispol Pendidikan” yang menanggung penuh biaya Uang Kuliah Tunggal (UKT) untuk jenjang S1, S2, hingga S3. Program ini menjadi jalan baru bagi banyak anak muda untuk mengejar mimpi, termasuk bagi seorang guru muda pesantren bernama Ataka Mazaya Afiqil Islam.
Berlatar belakang pengabdian di sebuah asrama pesantren di Balikpapan, Ataka awalnya tidak pernah membayangkan dirinya bisa kembali duduk di bangku kuliah. Setelah lulus dari pondok, ia langsung dipercaya oleh ustaznya untuk mengajar dan membimbing para santri. Kesibukan mengajar membuatnya menunda harapan orang tua agar ia melanjutkan pendidikan.
Namun suatu sore, saat berselancar di Instagram, sesuatu mengubah jalan hidupnya. Ataka menemukan informasi mengenai program “Gratispol Pendidikan” yang digagas Gubernur Kaltim Rudi Mas’ud dan Wakil Gubernur Seno Aji. Tanpa pikir panjang, kesempatan ini ia tangkap.
“Sekarang ini kan sulit dapat biaya kuliah gratis. Karena program ini sudah ada di Kalimantan, ya kita manfaatkan sebaik mungkin,” ujar Ataka.
Kini, Ataka resmi menjadi mahasiswa semester pertama Program Studi Sistem Informasi di STMIK Borneo International Balikpapan. Di sela-sela kesibukannya mengajar di pesantren, ia mulai merasakan atmosfer baru sebagai mahasiswa—dunia yang dulu ia pikir jauh dari jangkauannya.
Yang membuatnya semakin bersemangat adalah cakupan pembiayaan yang diberikan Gratispol. Program ini tidak hanya menanggung UKT, tetapi juga seluruh komponen biaya lainnya.
“Kalau saya dibiayainnya sekaligus ya per lapangannya. Betul-betul nggak ada keluar uang. Jadi cuma fokus kuliah,” tegasnya.
Kemudahan ini memberinya ruang untuk belajar tanpa terbebani masalah biaya—sebuah privilese langka yang ia syukuri. Meski baru memulai perjalanannya di dunia akademik, Ataka sudah memasang target tinggi.
“Lanjut terus, S1, S2, S3. Saya rencana bakal sampai S3 nanti,” kata Ataka mantap.
Ia ingin tetap berada di rumpun ilmu yang sama—Sistem Informasi—karena ingin mendalaminya hingga tuntas. Impian besarnya jelas: menjadi seorang dosen bergelar doktor yang mampu menginspirasi banyak orang.
Kisah Ataka memperlihatkan bahwa program “Gratispol Pendidikan” bukan hanya soal bantuan biaya, tetapi tentang membuka ruang peluang bagi siapa pun yang ingin maju. Terlepas dari latar belakangnya sebagai guru pesantren, Ataka kini melangkah jauh memasuki dunia akademik dengan keyakinan penuh.
Pesannya sederhana namun kuat: jangan sia-siakan kesempatan seperti ini. Karena peluang tidak selalu datang dua kali.
Dengan sosok-sosok seperti Ataka Mazaya, Kaltim membuktikan bahwa investasi pada pendidikan adalah pondasi utama membangun sumber daya manusia unggul yang siap membawa daerah menuju masa depan yang lebih cerah. (adv/kmf/tia)







