Samarinda, Kaltimnow.id – Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) kembali menunjukkan keseriusannya memperkuat sektor pangan dan menekan biaya produksi ternak. Di bawah payung Program Jospol, Pemprov resmi memulai pembangunan pabrik pakan ternak berkapasitas 5 ton per hari—proyek strategis yang selama ini dinantikan para peternak lokal.
Pabrik ini digadang-gadang menjadi game changer dalam upaya mengurangi ketergantungan Kaltim pada pasokan pakan dari luar daerah, yang selama ini menjadi salah satu penyebab mahalnya komoditas peternakan, terutama telur.
“Produksi 5 ton per hari memang belum bisa memenuhi seluruh kebutuhan peternak. Namun ini langkah awal yang sangat penting untuk memperkuat pasokan lokal dan membangun ekosistem pakan yang lebih mandiri,” ujar Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan UKM (DPPKUKM) Kaltim, Heni Purwaningsih.
Pabrik pakan tersebut berdiri di atas lahan hibah seluas 1 hektare yang kini telah menjadi aset resmi Pemprov Kaltim. Status ini memberikan ruang gerak lebih luas bagi pemerintah untuk melakukan intervensi, kontrol kualitas, hingga pendampingan teknis sejak tahap awal pembangunan.
“Karena lahannya sudah menjadi aset Pemprov, kami bisa memastikan pengawasan berjalan optimal. Tujuannya agar pabrik dikelola profesional dan benar-benar menjawab kebutuhan peternak,” jelas Heni.
Area pabrik tidak hanya berisi bangunan produksi. Pemprov menyiapkan kawasan industri mini yang lengkap — mulai dari gudang bahan baku seperti jagung dan bungkil, gudang pakan jadi, hingga area distribusi. Seluruh fasilitas dirancang untuk memastikan rantai produksi pakan berjalan efisien dan biaya bisa ditekan serendah mungkin.
Selama ini, sebagian besar pakan ternak Kaltim dipasok dari luar provinsi, bahkan dengan bahan baku impor. Hal itu membuat harga pakan sangat sensitif terhadap fluktuasi logistik dan nilai tukar. Dampaknya langsung terasa pada kenaikan harga telur—komoditas yang sering menjadi penyumbang inflasi daerah.
“Kondisi ini membuat biaya produksi peternak melonjak. Secara makro, ujungnya memengaruhi stabilitas harga telur di pasar,” tegas Heni.
Pabrik pakan 5 ton/hari ini diharapkan mampu menjadi bantalan awal bagi stabilitas harga, sekaligus instrumen penting dalam pengendalian inflasi.
Pembangunan pabrik ini menjadi bagian inti dari Program Jospol Hilirisasi, yang bertujuan menghubungkan rantai hulu-hilir sektor peternakan secara terintegrasi. Pemprov ingin menjadikan proyek ini model keberhasilan yang bisa direplikasi oleh kabupaten/kota lainnya di Kaltim.
“Ke depan, karena pabrik ini adalah aset daerah, kami berharap kontribusinya juga mengalir pada PAD setelah produksi berjalan stabil,” kata Heni.
Dengan peletakan fondasi industri pakan ini, Kaltim menegaskan langkah besarnya dalam memperkuat kemandirian peternak, menekan biaya produksi, dan menjaga stabilitas pangan untuk masyarakat. (ADV Kominfo Kaltim/Tia)









